Pada tanggal 08 Maret 1946, Mayor Soelaiman diperintahkan oleh Komandan Divisi III Banteng (yang kemudian menjadi Divisi IX Banteng) dengan diberi pangkat Mayor untuk menggantikan Nizarwan sebagai Komandan Tentara Keamanan Rakyat (TKR) -Laut di Ampang pulai dan sebagai Kepala Stafnya Kapten Anwar Maradewa.
Setelah serah terima, Mayor Soelaiman langsung mengumumkan bahwa Markas Komando TKR Laut Sumatera Tengah segera dipindahkan ke Pariaman sesuai dengan Perintah Komandan Divisi IX Banteng Bukittinggi.
Dipilihnya Pariaman sebagai Markas Besar Angkatan Laut Republik Indonesia (ALRI) Sumatera Tengah setelah melalui berbagai pertimbangan. Pariaman dinilai memiliki kelebihan antara lain :
Letaknya sangat strategis, dekat dengan Markas Komando Divisi IX Banteng di Bukittinggi.
Dekat dengan sumber barang ekspor Sumatera Tengah seperti kopra, cengkeh, karet, kulit manis, rotan, kayu dan peternakan babi di Mentawai.
Fasilitas yang ada di Pariaman lebih baik daripada di Ampangpulau Pesisir Selatan, karena dari dulu adalah salah satu pelabuhan di pesisir Sumatera Barat.
Sejak itu terkenallah Pariaman sebagai Markas Angkatan Laut Pangkalan Besar Pariaman. Sejarah Singkat keberadaan Angkatan Laut di Kota Pariaman pada waktu perjuangan mempertahankan Kemerdekaan Republik Indonesia dari serangan bangsa Belanda yang ingin kembali menjajah negeri ini.
Hingga kini pada Hari Minggu tanggal 05 Maret 2017 tergores suatu peristiwa bagi masyarakat dan Kota Pariaman, tugu yang dibangun Pemerintah Kota Pariaman akan menjadi monument bersejarah bagi perjuangan tersebut. Minggu dinihari Ratusan personil gabungan bersenjata lengkap terdiri dari pasukan Marinir TNI AL Lantamal Padang, TNI AD Kodim 0308 Pariaman, Polres Pariaman, disertai Satuan Polisi Pamong Praja (Satpol PP), diiringi marching-band terbaik Pariaman, melaksanakan Kirab Purna Tugas Tank Amphibi Marinir PT 76 dan Meriam Tembak dari Balaikota Pariaman menuju Monumen Perjuangan TNI AL di Ujung Muaro Gandoriah Pariaman.
Tank Amfibi jenis P76 buatan Uni Soviet tahun 1947 milik TNI AL yang didatangkan langsung dari Markas Komando Marinir Cilandak dengan Driver Kopda Marinir Teguh Cahyono ini menjadi sorotan masyarakat Kota Pariaman. Selain itu, untuk menambah historis Monumen Perjuangan TNI AL itu juga dilengkapi dengan satu unit Meriam Howikzer M30 122 dan Meriam Kapal Experi KRI Teluk Tomini 508.
Walikota Pariaman Mukhlis Rahman dan Wakil Walikota Pariaman Genius Umar melepas Kirab Purna Tugas Tank Amphibi Marinir PT 76 dan Meriam Tembak yang akan menambah keindahan Monumen TNI AL Kota Pariaman, yang akan diresmikan oleh KSAL TNI Ade Supandi pada Rabu, tanggal 8 Maret 2017 mendatang.
Kata Mukhlis, dengan adanya tambahan Tank dan Meriam Tembak ini, menambah historis sejarah Kota Pariaman yang merupakan Pangkalan AL pertama di sumatera dan Kota Pariaman sebagai Benteng Pertahanan dari Agresi Meliter II Belanda yang ingin kembali menguasai indonesia di tahun 1948-1949.
Monumen ini diharapkan juga dapat menambah ilmu bagi generasi yang akan datang bahwa Kota Pariaman adalah Kota yang diperhitungkan sebagai awal masuknya agresi bangsa lain yang akan menyerbu pulau Sumatera, terang wako.
Katanya, Saat Agresi Belanda II, pertempuran hebat pasukan TNI AL melawan pasukan Belanda yang membonceng sekutu terjadi di Pariaman. Pertempuran itu menewaskan 40 prajurit TNI AL yang sebagian di antaranya dimakamkan di Taman Makam Pahlawan Rawang Pariaman.
“Monumen TNI AL kita buat untuk mengenang arwah pahlawan yang telah berjuang saat pertempuran itu,” sambung Mukhlis.
Ke depan, tambah Mukhlis, pihaknya akan membuatkan aturan tersendiri bagi pengunjung di monumen tersebut. Lokasi monumen sekarang kata dia, juga akan diperlebar untuk memudahkan akses keluar masuk bagi wisatawan.
Hadir juga Ketua DPRD Kota Pariaman Mardison Mahyuddin dan Wakil Ketua John Edwar, Kapolres Pariaman AKBP Ricko Junaldy, Dandim 0308 Pariaman Letkol Arh Endro Nurbanto serta para pejabat di lingkungan Pemko Pariaman dan masyarakat Pariaman yang menyaksikan kirab ini sampai di Muaro Pariaman